infopaytren.com

Jumat, 23 November 2012

Bunga Rumah Makan -Naskah Drama

Karya Utuy Tatang Sontani

Panggung merupakan ruangan rumah makan, dialati oleh tiga stel kursi untuk tamu, lemari tempat minuman, rak kaca tempat kue, meja tulis beserta telepon, radio dan lemari. Pintu masuk ada di belakang dan pintu keluar ada di depan sebelah kiri.

Adegan 3

Ani
(ke belakang sambil menyanyi kecil).
Pengemis
(masuk pelahan-lahan dengan kaki pincang, setelah di dalam, melihat ke kiri-ke kanan, ke rak tempat kuekue, kemudian menuju rak itu dengan langkah biasa, tangannya membuka tutup stopples hendak mengambil kue).
Ani
(tampil dari belakang) Hai!
Pengemis
(cepat menarik tangannya).
Ani.
Engkau mau mencuri, ya?
Pengemis
(menundukkan kepala).
Ani
Hampir tiap engkau datang di sini, engkau kuberi uang.Tak nyana, kalau sekarang berani datang di sini dengan maksud mencuri.
Pengemis
Ampun, Nona, ampun.
Ani
Mau sekali lagi kau mencuri?
Pengemis
Saya tak akan mencuri bila saya punya uang.
Ani
Bohong!
Pengemis
Betul, Nona, sejak kemarin saya belum makan.
Ani
Mau bersumpah, bahwa engkau tak hendak mencuri lagi?
Pengemis
Demi Allah, saya tak akan mencuri lagi, Nona. Asal...
Ani
Tidak. Aku tidak akan memberi lagi uang padamu.
Pengemis (sedih)
Ah, Nona, kasihanilah saya.
Ani
Tapi mengapa tadi mau mencuri?
Pengemis
(sedih) Tidak, Nona, saya tidak akan sekali lagi. Dan saya sudah bersumpah. Ya, saya sudah bersumpah.
Ani
(mengambil uang dari laci meja) Awas, kalau sekali lagi engkau mencuri!

Adegan 4

Pengemis
(masuk menjinjing tas kulit, melihat kepada pengemis)
Sudarma
Mengapa kau ada di sini? Ayo, keluar.
Pengemis
(diam menundukkan kepala).
Sudarma
(kepada Ani)
Mengapa dia dibiarkan masuk, An?
Ani
Hendak saya beri uang.
Sudarma
Tak perlu. Pemalas biar mati kelaparan. Padahal dia datang di sini mengotorkan tempat semata.
Ani
(memberi uang kepada pengemis) Nih. Lekas pergi.
Pengemis
Terima kasih, Nona. Moga-moga Nona panjang umur.
Sudarma
Lekas pergi dan jangan datang lagi di sini.
Pengemis
(pergi keluar dengan kaki pincang).
Sudarma
Lain kali orang begitu usir saja, An. Jangan rumah makan kita dikotorinya. (dengan suara lain) Tak ada yang menanyakan daku?
Ani
Ada, tapi entah dari mana, sebab Karnaen-lah yang menerima teleponnya tadi.
Sudarma
Anakku sudah biasa lalai. Barusan dia ketemu di jalan, tapi tidak mengatakan apa-apa. (mengangkat telepon) Sembilan delapan tiga.
Ani
(membersihkan kursi).
Sudarma
(kepada Ani) Meja ini masih kotor, An.
Ani
(membersihkan meja).
Sudarma
(dengan telepon)Tuan kepala ada? -Baik, baik.- Waaah, kalau sudah banyak uangnya, lama tidak
kedengaran suaranya, ya? - ya? -Ini Sudarma, bung. - Ha, ha, ha, betul, betul. - Biasa saja, menghilang sebentar untuk kembali berganti dulu. - (tertawa) -
Tapi, bung, bagaimana tentang kanteb yang dijanjikan itu? - Ah, ya? - Bagus, bagus, lebih cepat lebih nikmat. - ya, ya, sebentar ini juga saya datang. -Baik, baik. (telepon diletakkan; kepada Ani) Aku hendak pergi ke kantor pertemuan. Kalau ada yang menanyakan, baik perantaraan telepon atau datang, tanyakan keperluannya, lalu kau catat, ya An? (melangkah).
Ani
Ya.
Sudarma
Eh, jika nanti Usman datang di sini, suruh menyusul saja ke kantor pertemuan. Dan engkau jangan bepergian.

Sumber: Horison, Kitab Nukilan Drama, 2002

Tidak ada komentar:

Posting Komentar